World Cup 2022: Kanada Dan Keajaibannya Setelah 36 Tahun Lamanya – Dunia dan masyarakatnya telah sangat banyak berubah dalam 36 tahun kurun terakhir ini. Banyak yang telah berubah dalam sepak bola sejak Kanada terakhir kali lolos ke World Cup 1986 di Meksiko.
World Cup 2022: Kanada Dan Keajaibannya Setelah 36 Tahun Lamanya
naftclub – Kanada di grup C berakhir dengan kekalahan tanpa mencetak gol apapun. Selain tidak mencetak satu poin pun, Kanada tidak mencetak gol pun setelah kalah 0-1 dengan Prancis, 0-2 dengan Hungaria, dan 0-2 dengan Uni Soviet.
Keingintahuan Kanada untuk tampil yang lebih baik di World Cup berikutnya tidak serta merta membuahkan hasil. Hanya 36 tahun sejak Kanada membuat penampilan keduanya di World Cup 2022 di Qatar dan memiliki kesempatan untuk memecahkan rekor.
Baca Juga : Akhir Pekan Ini Adalah Pesta Sepak Bola Kanada
Keberhasilan timnas Kanada dalam menyerbu World Cup merupakan sejarah dan kebanggaan rakyatnya. Penantian itu membuahkan hasil karena beberapa pemain muda menjanjikan dan beberapa pemain tua memutuskan untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada tim nasional Kanada.
Kuat tapi itu tidak cukup
Kanada bukanlah tim sepele di zona CONCACAF. Buktinya, setiap kali kualifikasi World Cup berlangsung, babak pertama dan kedua selalu mudah dilalui.
Tapi tidak itu saja. Kanada tentu merupakan tim yang dianggap kuat, tetapi tidak cukup kuat untuk bersaing dengan tim seperti Meksiko, Amerika Serikat, dan Kosta Rika, yang menjadi pemain reguler di World Cup.
Di sisi lain, hanya tiga negara yang menempati sebagian besar zona CONCACAF. Selama melewati jalur akreditasi antar federasi, bisa jadi 4. Di sisi lain, akan sulit bagi Kanada untuk mengejar ketinggalan.
Selain tiga tim yang disebutkan di atas, kehadiran jamaika, honduras, el salvador dan Panama sering lebih disukai daripada Kanada. Bahkan, Kanada kerap gagal di babak ke-3 atau ke-4 kualifikasi World Cup melalui jalur CONCACAF.
Tahun istimewa
Namun siapa sangka lolos ke Piala Dunia 2022 akan menjadi tahun yang spesial bagi kanada. Alphonso Davies dan yang lainnya melaju mulus dari babak pertama hingga babak ketiga. Di babak final, dipilih tiga tim teratas yang mewakili CONCACAF.
Kanada tampil gemilang di lap ketiga. Dalam sistem double-round-robin, Kanada bermain melawan tujuh negara lain, masing-masing bermain dua kali di babak ketiga.
Hasilnya, Kanada memiliki 8 kemenangan, 4 seri dan 2 kekalahan dalam 14 pertandingan. Kanada mencetak 28 poin, menang dengan selisih gol dengan Meksiko, dan memenangkan kualifikasi otomatis World Cup 2022. Di babak ketiga, Kanada menyusul Meksiko, Amerika Serikat, dan Kosta Rika. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ketiga negara tersebut merupakan langganan World Cup.
Generasi campur
Tim Kanada tidak penuh dengan pemain muda yang siap menjaga momen tim nasional untuk tahun-tahun mendatang. Juga tidak diisi oleh pemain-pemain tua yang hampir berada di posisi tiga besar dengan performa puncak.
Kanada memiliki tim campuran berusia 39 hingga 21 tahun. Dari bermain untuk klub top Eropa hingga menjadi pemain liga Amerika Utara.
Atiba Hutchinson adalah pemain berusia 39 tahun yang telah bermain untuk tim nasional Kanada selama 19 tahun. Karena pengalaman dan usianya, ia diharapkan menjadi kapten Kanada di Qatar.
Salah satu titik terang, tentu saja, adalah Alphonso Davies. Pemain berusia 21 tahun itu sudah memiliki 10 trofi tim di lemarinya setelah menjadi pemain reguler di klub top Eropa Bayern Munich.
Pemain yang terbaik
Kedua pemain tersebut bisa dibilang menjadi pemain kunci Kanada di World Cup 2022. Tapi jangan melupakan yang lain, karena kualifikasi Kanada untuk World Cup 2022 tidak hanya bergantung pada dua pemain.
Nama pertama yang dikenali adalah Cyle Larin. Bermain sebagai penyerang tengah, pemain ini memegang rekor pencetak gol terbanyak untuk tim nasional Kanada dengan 24 gol.
Hebatnya, 13 dari gol tersebut tercapai saat membantu Kanada lolos ke kualifikasi World Cup 2022 CONCACAF.
Berikutnya adalah Jonathan David. Pemain berusia 22 tahun itu mencetak total 9 poin di babak kualifikasi.
David juga merupakan bagian penting dari front Lille. Apalagi saat meraih gelar Liga 1 dari tangan Paris S-G.