Belajar Defensif Dari Timnas Iran, Modal Besar Tim Asia di Pentas Dunia – Secara defensif, Iran memperkenalkan gaya pragmatis dan konservatif yang yang semestinya diadaptasi oleh tim nasional asal Asia, jika ingin petualangan mereka di Piala Dunia Qatar sukses. Bintang bintang muda Persia yang juga dikenal sebagai Tehran Warrior atau The Melli itu mampu memainkan sepak bola efektif, penuh kerja keras, dengan kedisiplinan yang ketat seperti pekerja pabrik di pabrikan Jepang.
Tiap pemain adalah pemain bertahan namun punya andil besar dalam alur penyerangan. Jangan salah, mereka tidak memainkan total footbal, mereka hanya bermain dalam area per area, mengerti tugas besar dan tugas kecil dari masing-masing pemain yang menjaga areanya, dan harus mengungguli setidaknya dalam persentase duel melawan para lawan yang sulit.
Bayangkan saja, Pejman Montaz, Saeid Ezatolahi dan Omid Ebrahimi ketiganya dari Esteghlal Tehran harus mampu menahan pemain seperti Isco, David Silva, Gonzalo Guedes, juga Adrien Silva. Keduanya siapa sih? Bukan siapa-siapa, tapi statistik adalah statistik. Lawan-lawan hebat harus dilihat sebagai individu yang mampu dihadang dalam area, tidak lagi lewat kepungan-kepungan yang sia-sia.
Pemain Iran melapisi dua bank area, pertahanan dimulai sejak dari garis tengah dengan empat gelandang sejajar, gelandang bertahan mengapit gelandang tengah bersama seorang striker, sementara sayap bersama bek sayap menutup dua lokasi favorit sayap lawan, yakni final third [sisi dua pertiga dari gawang sendiri], dan outskirt line [dekat tiang jauh]. Apa ini artinya? Artiya, garis pertahanan dan lini tengah sangat terstruktur. Sementara ada striker yang loose end, berkeliaran di sekitar garis bek lawan. Sardar Azmoun, striker muda cepat Iran, yang merupakan satu-satunya pemain yang memberikan tekanan nyata pada garis lawan.
Pendekatan ini defensif dan sekaligus berbahaya untuk lawan yang lengah. Taktik ini paten dari Carlos Queiroz yang memungkinkan Iran untuk menggulung tim-tim yang kurang berbakat seperti India, Qatar, dan Cina sambil tetap solid melawan tim seperti Portugal, Spanyol, Korea Selatan, dan Maroko.
Seperti yang disebutkan pada artikel sebelumnya, Iran bukan tim possesion footbal, yang mengalir kan bola dengan bebas di area lawan. Pendekatan mereka mengarah pada gol yang bisa mereka cetak dari kesalahan lawan plus umpan silang cepat demi menciptakan situasi chaos di gawang lawan, pada titik itu gol benar-benar sangat untung untungan. Tapi terbukti, di Piala Dunia 2018, mereka bisa menutup toko semua striker top. Mereka hanya kebobolan masing-masing satu gol dari tim asal “Asgard” Portugal dan Spanyol. Dan berhasil membukukan dua gol juga ke dua tim. Sangat pelit, tapi efektif.
Pemain bintang mereka saat ini Alireza Jahanbakhsh, pemain sayap 26 tahun yang bermain di klub Brighton & Hove Albion di EPL Inggris. Di Liga Inggris Alireza memang mandul, tapi di Liga Belanda dia memimpin daftar top skorer gol dengan mencetak 22 gol plus12 assist. Semua orang tahu apa yang diharapkan dari Ali Reza dalam situasi chaos depan gawang, yakni naluri rebound dan ceploskan bola. Hal itulah yang diinstruksikan Iran pada pemain depannya.
Timnas sepak bola di Asia, wajib dan setidaknya pelajari bagaimana Iran bermain pragmatis dan menggebrak meja negara pemimpin klasik sepakbola. Telah lama kiranya timnas di Asia tidak lagi mampu mengimbangi tim-tim asal Barat. Memang sebelumnya Korea Selatan dan Jepang berhasil membawa nama harum, tapi itu dilakukan di kandang sendiri pada Piala Dunia 2002.