Berkat Khodayari, Kini Sepak Bola Iran Membolehkan Kaum Perempuan Masuk Stadion

Berkat Khodayari, Kini Sepak Bola Iran Membolehkan Kaum Perempuan Masuk Stadion – Kely Nascimento-DeLuca putri dari pesepakbola lagendaris Pele pernah bercerita bahwa dirinya, saat tengah dalam perjalanan beberapa tahun yang lalu bertemu dan berbicara dengan seorang perempuan Iran bernama Maryam Shojaei. Dia mengaku senang bertemu perempuan Iran itu karena dia familiar dengan nama saudaranya: Masoud Soleimani Shojaei, yang merupakan salah satu pemain terbaik dan kapten tim nasional Iran.

Maryam dan Kely cepat akrab. Karena keduanya tumbuh dalam keluarga yang mencintai sepakbola, di mana ada rasa kebanggaan serta kebersamaan yang unik sulit digambarkan. Tetapi ada juga perbedaan besar. Saat keduanya saling membandingkan pengalaman, Maryam mengisahkan bahwa walau dia suka sepak bola dan suka melakukan taruhan bola pada kawannya, dia tidak pernah bisa pergi ke stadion untuk menontonnya, bahkan dia tidak bisa mendukung kakaknya bermain, karena perempuan di Iran dilarang menonton pertandingan sepak bola langsung.

Kaum perempuan tidak hanya sekedar tidak diizinkan berada di stadion, katanya kepada Kely, tetapi ada hukuman untuk yang melanggarnya dengan penjara, kekerasan dan kadang-kadang penyiksaan dalam penjara. Kaum perempuan Iran dilarang masuk stadion sejak berlangsungnya Revolusi Islam 1979. Sejak saat itu, perempuan hanya bisa mendukung hanya lewat pesawat televisi di rumah masing-masing.

Namun beberapa bulan lalu, sejak 9 Oktober 2019, larangan itu dicabut oleh pemerintah Iran. Perempuan diperbolehkan setelah lembaga sepak bola dunia FIFA, menekan iran untuk melonggarkan segala larangan kepada fans sepak bola perempuan. Dalam hal ini, termasuk yang didorong oleh para aktivis perempuan Iran seperti Maryam. Pemerintah pun mengumumkan bahwa perempuan secara legal diizinkan mendukung tim sepak bola di stadion untuk pertama kalinya dalam 40 tahun. Tiket pun dibuka pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara tim nasional Iran saat melawan Kamboja pada 10 Oktober di Tehran.

Kejadian ini menjadi berita utama di seluruh dunia, kebanyakan pecinta sepakbola merayakan pengumuman tersebut. Mereka ikut senang melihat gambar fans sepak bola perempuan Iran ikut bersorak dan bersukacita, saat mendukung timnya di stadion pada hari pertandingan. Kejadian ini akan selalu menjadi kejadian yang dikenang. Apalagi bagi klub sepak bola Sikap baru Iran ini lantas dipuji, namun juga Iran harus memastikan bahwa penonton perempuan diperlakukan dengan penuh keamanan, karena dikhawatirkan masih ada pihak yang tidak terima.

Semua ini tidak akan pernah terjadi jika Seorang perempuan Iran yang bernama Sahar Khodayari tidak mencoba memasuki stadion sepak bola pada saat tim favoritnya, Esteghlal Tehran Football Club tengah bertanding. Khodayari sebulan sebelum larangan itu dicabut, mencoba menyamar menjadi pria, dia memakai wig biru, warna kebanggaan Esteghlal lalu masuk ke stadion. Tapi sayang, samarannya bocor, dia pun ditangkap pihak keamanan, lalu masuk jeruji besi tiga malam sebelum akhirnya dibebaskan.

Namun, dia mendapat kabar bahwa dia akan diadili karena pelanggarannya, proses ke pengadilan sedang diajukan, kabarnya dia bisa ditahan selama enam bulan. Takut akan di penjara lalu rumor bahwa dirinya akan disiksa di dalam penjara, Khodayari lalu membunuh dirinya sendiri dengan cara bakar diri. Tragedi Khodayari membuat klub Esteghlal Tehran bersimpati dan mengangkat Khodayari sebagai contoh fans sejati.

Tidak berhenti sampai di situ, tragedi Khodayari menarik perhatian dunia akan penderitaan fans perempuan di Iran. FIFA pun menuntut Iran melunak. Pemerintah Iran yang mendapat tekanan publik sepak bola lalu melunak, dan menyayangkan tragedi Khodayari itu.